Peh Cun di Cisadane: Tradisi Meriah dengan Lomba Perahu Naga dan Pelepasan Bebek
Peh Cun, tradisi Tionghoa yang sudah berlangsung turun-temurun, kembali memeriahkan Sungai Cisadane di Kota Tangerang. Ribuan orang tumpah ruah di sepanjang tepian sungai untuk menyaksikan acara tahunan ini yang menggabungkan tradisi, olahraga, dan spiritualitas. Dengan lomba perahu naga yang spektakuler, pelepasan bebek ke sungai, dan berbagai kegiatan seni budaya, Peh Cun tahun ini berhasil menyatukan masyarakat dari berbagai latar belakang.
Acara dibuka dengan prosesi pelepasan bebek, salah satu tradisi unik Peh Cun yang memiliki makna mendalam. Ratusan bebek dilepaskan ke Sungai Cisadane, melambangkan harapan baru, keberuntungan, dan keseimbangan dengan alam. “Bebek-bebek ini adalah simbol kehidupan yang bebas dan bahagia,” ujar Cide Herlinawati, salah satu tetua adat dan panitia penyelenggara. Menurutnya, tradisi pelepasan bebek ini sudah dilakukan sejak zaman leluhur dan tetap dipertahankan hingga kini.
Salah satu warga, Ibu Dewi (48), mengungkapkan rasa harunya. “Saya selalu datang ke acara Peh Cun bersama keluarga. Pelepasan bebek ini mengingatkan kita pada pentingnya menjaga harmoni dengan alam. Anak-anak saya sangat antusias melihat bebek-bebek berenang bebas di sungai,” katanya sambil tersenyum.
Tak kalah menarik, lomba perahu naga menjadi sorotan utama. Tim-tim peserta dari berbagai wilayah berlomba mendayung dengan penuh semangat di atas perahu yang dihias kepala naga. Penonton bersorak-sorai mendukung tim favorit mereka, menciptakan suasana yang penuh energi. Cide Herlinawati, ketua panitia lomba, menjelaskan bahwa persiapan lomba memakan waktu hingga satu bulan. “Selain fisik, kekompakan tim adalah kunci kemenangan. Ini lebih dari sekadar olahraga, ini adalah tradisi yang menyatukan,” jelasnya.
Di tengah keramaian, Pak Darto (62), seorang pedagang kaki lima yang sudah berjualan di acara ini selama lebih dari 20 tahun, membagikan pengalamannya. “Peh Cun ini seperti rezeki tahunan bagi kami. Banyak pengunjung yang membeli makanan dan minuman. Saya bangga menjadi bagian dari acara ini,” ungkapnya.
Selain lomba perahu dan pelepasan bebek, acara ini juga diramaikan dengan bazar makanan khas Tionghoa, seperti kue keranjang dan bakcang, serta pertunjukan seni budaya seperti barongsai dan tarian tradisional. Di malam hari, pelepasan lampion menjadi penutup yang indah, menciptakan suasana magis di langit Tangerang.
Wali Kota Tangerang, yang hadir dalam acara tersebut, mengapresiasi pelaksanaan Peh Cun sebagai wujud pelestarian tradisi. “Peh Cun bukan hanya tentang budaya Tionghoa, tapi juga tentang persatuan dan kebersamaan masyarakat Tangerang. Kita semua merayakan keberagaman,” ujarnya.
Peh Cun tahun ini sekali lagi membuktikan bahwa tradisi kuno dapat tetap relevan di zaman modern. Dengan mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan cinta lingkungan, acara ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga pengingat pentingnya menjaga warisan budaya.
Post a Comment